Oleh: Awan Ndus (Mahasiswa Seni Rupa, ISI, Yogyakarta)
Malam
nan syahdu ini ditemani secangkir kopi dan wafer untuk menuliskan selibas esai
tentang sahabatku yang akan mengalami peristiwa pengkultusan diri memasuki
dunia sastra, Krisnaldo Triguswinri. Panggilannya Ncis, anak nakal yang takut
dengan hantu.
Mungkin
saat ini, seluruh warga Universitas Tidar Magelang tak ada yang tak mengenal
sosok putih yang suka sekali mengenakan baju bersimbol merah tunggal,
menandakan dirinya seorang sosialis sejati.
Saya bingung sekali untuk memulai dari mana esai ini, pasca masuk kuliah, saya dan Ncis jarang sekali bermain bersama seperti dulu-dulu, kami terpisahkan oleh keadaan. Nah, mungkin saya akan awali tulisan ini dari masa muda kami. Sorry, ini acara sahabat saya, saya akan pakai Bahasa yang biasa-biasa saja. Yang lebih merakyat katanya, supaya siapa saja bisa menikmatinya sebagai karya tulis yang bersifat egaliter.
Saya bingung sekali untuk memulai dari mana esai ini, pasca masuk kuliah, saya dan Ncis jarang sekali bermain bersama seperti dulu-dulu, kami terpisahkan oleh keadaan. Nah, mungkin saya akan awali tulisan ini dari masa muda kami. Sorry, ini acara sahabat saya, saya akan pakai Bahasa yang biasa-biasa saja. Yang lebih merakyat katanya, supaya siapa saja bisa menikmatinya sebagai karya tulis yang bersifat egaliter.
Ncis fase SMA
Di
SMA, Ncis bukanlah orang yang menonjol, ia lebih banyak dianggap orang asing
yang ramah pada siapa saja. Ia masuk jurusan IPS dan suka sekali pelajaran
sejarah. Memorinya untuk menghafal sejarah cukup kuat, terbukti bagaimana sosok
Ncis sekarang menguasai ruang diskusi dan sering sekali melontarkan
pernyataan-pernyataan sejarah yang ia ketahui.
Persahabatan
kami (saya dan Ncis) juga mulai terbangun sejak ia mulai mengirimkan beberapa
tulisannya ke redaksi majalah yang kala itu saya adalah kepala editornya.
Keakraban kami mulai terjalin, sering sekali kami main tanpa tau tujuan, dan
mentok jajan di pinggir jalan. Saya sering sekali menginap di rumahnya, dan
iapun begitu pula, namun pada akhir zaman masa SMA, kami terpisahkan keadaan,
saya hijrah ke Jogja dan Ncis lanjut studi di Magelang.
Ncis fase Kuliah
Setelah
cukup lama kami terpisah, akhirnya Ncis mencari saya ke Jogja kala itu, kalau
ndak salah pas semester 2. Ia menceritakan pengalamannya kala ia menjabat
sebagai wakil ketua BEM Fisipol. Pertemuan kami ditandai pula dengan menghadiri
diskusi sastra yang kala itu Saut Situmorang mejadi salah satu pembicaranya.
Interest Ncis tentang senipun muncul pada saat itu.
Ncis
pulang dengan bahagia, mulailah hubungan intens kami terbangun kembali. Kerap
kali saya hijrah ke Magelang, diajaknya saya main ke Fisipol, bahkan setelah
menjadi ketua BEM Univ, Ncis memperkenalkan kawan-kawanya pada saya. Cerita
tentang kudeta sudah sering kami bicarakan, Ncis selalu membicarakan banyak
rencananya sebelum ia bertindak. Ia adalah teman diskusi nan syahdu. Ia pula
yang memperkenalkan kopi Jambi sebagai teman ngobrol sampai pagi.
“Demi
persahabatan!!!”,
kata ini kerap kali Ncis lontarkan kala datang ke kos dan merenggek-renggek
untuk dibuatkan lukisan, bahkan keluarganya juga merupakan salah satu Patron
lukisan saya. Ncis adalah pencinta kesenian!!!
Setiap
orang pastilah tahu bahwa Ncis memang punya rasa estetik yang berlebih, ketika
orang menikmati sesuatu sebagai sesuatu, maka Ncis bisa menikmati sesuatu untuk
kemudian ia hadirkan kembali pada presentasi karya sastra maupun pola pikirnya.
Ah, saya ndak mau ngomong yang berat-berat, beban hidup sudah jauh lebih berat.
Heuheu
Di
masa kuliah, banyak hal terjadi, perubahan tampilan hingga ideologi. Yang
semula romantis berubahlah ia menjadi sosok revolusioneris, fase kuliah adalah
candu!!! Sebelumnya, Ncis selalu bermimpi dalam kamar Atlantisnya, ia inggin
menjadi pujangga kelak dikemudian hari. Ya, kalian tahulah alasan kenapa ia
sekarang punya acara ini “Jazz Untuk Nada”.
Sebegitu
banyak perubahan yang terjadi pada Ncis, buku-buku kiri mulai memasuki ruang
kamarnya, berjajarlah cukup banyak buku sastra dan filsafat serta buku ekonomi
politik. Ideologinya terbangun atas dasar teori-teori revolusi Che Guevara dan
Tan Malaka. Melelahkan memang, tapi itulah kenyataannya. Kau akan kaget jika
masuk ke dalam kamarnya, ada banyak sekali lukisan tertempel tak karuan serta
kamar tidur yang kadang dibiarkannya berantakan. Ncis, memang tak bisa
dikendalikan!!!
Perdebatan, setiap orang yang memiliki
ideolgi yang berbeda patutlah ia mempertahankannya, kasus ini terjadi pada Ncis
dan saya. Kami sering sekali berdebat akan sesuatu, pernah suatu ketika kami
berdebat dan akhirnya saya pergi untuk sementara, menenangkan diri dan mencoba
mengendapkan kembali emosi-emosi kami. Ya, tiap orang pasti pernah berdebat
dengan Ncis, termasuk saya, termasuk mama Ncis, termasuk papa Ncis, ia doyan berdebat
dengan siapa saja. Oleh karenanya ia mungkin banyak dibenci oleh sebagian
orang.
Jelaslah
kami sering sekali berbeda, ia membela Kiri dan ia mensekularkan diri sedang
saya sebagai seorang netral yang selalu memberikan masukan dari segi agamis.
Ncis pernah masuk dalam fase terlalu eksistensialis, namun keadaanlah yang
membuatnya sekarang menjadi seorang pluralis. Bisa dibilang juga, bahwa hampir
70%-85% pikiran kami selalu berbeda memandang suatu hal.
Untuk saya pribadi, selalu ada saja alasan untuk meninggalkannya, selalu ada saja alasan untuk tak lagi bersahabat dengannya. Namun saya sadar satu hal, mungkin kami perlu berdialektika, karena pada akhirnya, karya hasil dialektika sungguh kuat penopangnya.
Untuk saya pribadi, selalu ada saja alasan untuk meninggalkannya, selalu ada saja alasan untuk tak lagi bersahabat dengannya. Namun saya sadar satu hal, mungkin kami perlu berdialektika, karena pada akhirnya, karya hasil dialektika sungguh kuat penopangnya.
Ncis
adalah pejuang Feminisme dan sedikit pemikir liberal. Ia bagaikan racun bagi
para wanita, doktrin tentang feminisnya masih bisa dirasakan. Terlihat,
beberapa pimpinan mahasiswa dari antek-anteknya sekarang adalah para wanita.
Meilihat Ncis seperti melihat produk dari liberalisme, kebebasan.
“Ia membawa dirinya sendiri, dan ia
memperjuangkan dirinya sendiri, tak ada aturan untuknya, walau banyak sekali
celah untuk nafsu selalu mendapat bagiannya.”
Terlihatlah
syair-syair Ncis, bagaimana ia menyuarakan kebebasan cara berfikirnya, tanpa
basa-basi, libas sana libas sini, mungkin ia banyak terpengaruh oleh
musik-musik underground yang memenuhi file laptop kecilnya. Pola pikirnya
dibangun atas dasar orang tua yang membebaskan anak-anaknya untuk mau jadi apa,
pola pikirnya banyak terpengaruh oleh buku-buku bacaannya, dan jelas pola
pikirnya banyak terpengaruh oleh teman-teman pergaulannya.
Taruhlah
Allen Ginsberg, bagaimana pengaruh pola pikir yang asal njeplak dalam karya
tulis sastra sangat terasa kental jika di analisa. Pernah suatu ketika juga ia
ngomong dengan saya untuk membuat produk propaganda, ia menyuarakan “Wan, ayo kita buat viral, kita jadi homo
saja!!!”. Bukan Ncis kalau tak banyak gaya, yaa begitulah ia, selalu saja
suka hal yang coba-coba, mungkin film ‘The Howl’ memberinya referensi untuk
menjadi penyuka sesama jenis pula. Hahaha.
Ncis, sastra, dan
Kiri. 3 hal itu
sangat erat membentuk Ncis saat ini. Teruntuk kalian yang ingin menganalisanya
lebih dalam, bukalah syair-syair aliran keras sejenis Milisi
Kecoa-Homicide-Saut Situmrang dkk, maka kalian akan paham betul arah pikir
mereka. Bahkan setelah membaca tentang mereka, kalian akan paham ritme gaya
kepenulisan Ncis saat ini.
Untuk
para dekan dan dosen, untuk para pejabat pembesar Untidar mungkin panjenengan-panjenengan
sudah sering dibuat pusing oleh Ncis, bagaimana tidak, ia banyak sekali mengompori
percikan keresahan-keresahan para mahasiswa untuk dibakar menjadi semangat
revolusi, “system musti di
rubah jika ia tak menguntungkan pihak mayoritas!!!”
Saya
kira, hampir semua orang sudah paham betul ideologi yang dianut Ncis dengan
melihat pola gerakannya, tingkahnya, sudut pandangnya, arah diskusinya, pola
sosialnya, ia adalah seorang sosialis nan ekstrimis kiri. Akan sedikit tabu
memang membicarakan ideologi ini, tapi perlulah ada diskusi untuk menengahi semua
hal ini, kita perlu bertabayun dan menjauhkan diri dari segala prasangka.
Ncis dan Kesenian, Keluarga Ncis adalah keluarga pencinta
karya seni, jika kalian masuk ke rumahnya, terdapat banyak barang antik dalam
etalase kaca, banyak pula lukisan-lukisan cantik yang enak di pandang mata.
Beberapa waktu yang lalu juga, ada 2 karya besar saya yang masuk rumah Ncis sekeluarga,
satu di kamar papa-mamanya, satu lagi di ruang makan para tamu.
Jika di lihat lebih dalam, kamar atlantis Ncis menjadi tempat ekspresi Ncis pada benda kesenian. Ada kaligrafi ayat kursi, ada banyak lukisanku di sana, mungkin Ncis adalah kolektor pribadi yang paling banyak mengoleksi karya saya sendiri. Syahdu Saat ini juga, waktu senggang kami banyak diisi dengan membuat karya seni bersama, beberapa projek kesenian mulai kami garap dan Ncis pun berlajar melukis. Tahulah, selain melukis ia juga menulis, tulisannya pertama berjudul “perjalanan anak dari roket – waktu SMA”.
Ncis menganggap karya seni adalah media kebebasan di mana tak ada orang yang melarangnya untuk membuat ini dan itu, seni adalah media tanpa tekanan, ia harusnya tak pernah dekat dengan kapitalisasi karya seni. Kami adalah pecinta Picasso dan Frida Kahlo.
Jika di lihat lebih dalam, kamar atlantis Ncis menjadi tempat ekspresi Ncis pada benda kesenian. Ada kaligrafi ayat kursi, ada banyak lukisanku di sana, mungkin Ncis adalah kolektor pribadi yang paling banyak mengoleksi karya saya sendiri. Syahdu Saat ini juga, waktu senggang kami banyak diisi dengan membuat karya seni bersama, beberapa projek kesenian mulai kami garap dan Ncis pun berlajar melukis. Tahulah, selain melukis ia juga menulis, tulisannya pertama berjudul “perjalanan anak dari roket – waktu SMA”.
Ncis menganggap karya seni adalah media kebebasan di mana tak ada orang yang melarangnya untuk membuat ini dan itu, seni adalah media tanpa tekanan, ia harusnya tak pernah dekat dengan kapitalisasi karya seni. Kami adalah pecinta Picasso dan Frida Kahlo.
Ncis dan Demo, secara spesifik, saya tak tahu
pasti berapa kali Ncis turun ke jalan untuk berdemo, tapi saya sering sekali
mendapat kabar darinya, dari teman-temannya. Ncis adalah sejenis bakteri yang
menjangkiti pikiran-pikiran para temannya untuk lantang menyuarakan orasi. Saat
ini, penyakit demo ini sudah sangat dirasakan oleh para mahasiswa, bahkan untuk
para penguasa, mungkin mereka sudah lebih waspada. Untuk Negara sejenis
demokrasi seperti Indonesia ini, mungkin demo termasuk adalah penyakit yang
menyenangkan bagi Mahasiswa, maka lanjutkanlah!!!! Saya apatis saja, heuheu*
Ncis dan Banada, teruntuk sahabat saya (Ncis),
pada awal hubungannya dengan Nada, saya sangat membenci mereka bersama, Ncis
jadi menomorduakan teman-temannya. Biasalah, problem suatu hubungan. Namun,
lambat laun keharmonisasian mereka dan penyesuaian diri Nada terhadap
teman-teman Ncis akhirnya berhasil mengambil hati teman-teman Ncis. Kamipun
(antara Nada dan saya) malah semakin dekat setelahnya. Kebencian berubah
menjadi rasa saling dukung. Heuheu, syahdu
Jelaslah,
buku “Jazz untuk Nada” ini dipersembahkan untuk siapa??
Lika-liku
hubungan asmara mereka bisa dilihat jelas, Ncis sebenarnya tak pernah direstui
orang tua Nada itu. Ncis dianggap sebagai pemberontak kampus dan tukang kudeta
para penguasa, jelaslah pula kata orang tua Nada bahwa Ncis tak punya masa
depan bahagia. Setiap orangtua mungkin menginginkan yang terbaik untuk para
anaknya, tak terkecuali orang tua Nada.
Imbas dari segala macam masalah hubungan ini bisa di lihat dari syair-syair Ncis yang tertuliskan, semacam kegalauan tingkat dewa begitu. Banyak rahasia dan nafsu ekspresifnya yang ia tumpahkan dalam buku itu. maka Iqro!!! Bacalah!!! heuheu
Imbas dari segala macam masalah hubungan ini bisa di lihat dari syair-syair Ncis yang tertuliskan, semacam kegalauan tingkat dewa begitu. Banyak rahasia dan nafsu ekspresifnya yang ia tumpahkan dalam buku itu. maka Iqro!!! Bacalah!!! heuheu
Romantis, banyak wanita yang mengagumi
Ncis saat ini, namanya sedang melejit dan saya senang sekali, ia memang sosok
yang sangat romantis. Perjuangnya sudah dilakoni selama 2 tahun menjalin
hubungan dengan kekasihnya itu, Nada. Banyak hal yang mereka sudah lewati, saya
tak ingin terlalu banyak mengumbarnya di sini, kalian bisa baca sendiri di
bukunya.
Ncis adalah sosok yang rapuh masalah hati, sekali sakit hati, ia akan berusaha menghibur diri dengan bagaimanapun caranya. Jelaslah, sakit hati menjalar ke segala lini arah geraknya, namun teranglah, bahwa cintanya adalah kekuatan utamanya.
Ncis adalah sosok yang rapuh masalah hati, sekali sakit hati, ia akan berusaha menghibur diri dengan bagaimanapun caranya. Jelaslah, sakit hati menjalar ke segala lini arah geraknya, namun teranglah, bahwa cintanya adalah kekuatan utamanya.
Terlalu
banyak hal yang Ncis perjuangkan untuk kekasihnya, mungkin juga bukunya ini
adalah salah satu perjuangannya untuk kekasihnya Nada agar segera di restui.
Maka jangan lupa setelah baca paragraf ini, bacakan Al Fatihah untuk mereka.
Aamiin.
Ncis dan
Kawan-kawan,
adalah suatu kehormatan mengisi acara nan syahdu ini. kepercayaannya diberikan
pada saya untuk menjadi pembicara tentang latar belakang karya “Jazz untuk
Nada” ini tercipta. Bayangkan, ada banyak sekali sahabat dekat Ncis di
kampusnya, bahkan mungkin mereka jauh lebih paham soal Ncis yang sekarang, tapi
Ncis malah milih saya untuk menuliskan hal-hal intim dalam dirinya. Namun buat
saya, Ncis adalah sahabat merah saya yang mengajarkan soal kepedulian terhadap
para kaum-kaum akar rumput senja kala.
Beberapa
kawan Ncis memang sangat dekat dengannya, ia punya banyak kawan baik untuk
diajaknya berbagi dan menjadi pembela sekaligus pengatur strategi dalam gaya
idealismenya. Namun, tak sedikit pula yang mengambil kesempatan mendekati Ncis
untuk mengambil keuntungan darinya.
Bisa dibilang mungkin Ncis adalah Target Operasi para militer-militer kapitaslisme, sebegitu banyak kemungkinan yang ia akan raih pada akhirnya, dan sebegitu banyak pula para teman munafik yang mendekatinya. Tak perlulah saya sebut nama, kerisauan Ncis sudah sering disampaikan pada saya soal teman-temannya yang beberapa mulai meninggalkannya akibat sudah merasa mendapat untung setelah berkawan dengannya.
Bisa dibilang mungkin Ncis adalah Target Operasi para militer-militer kapitaslisme, sebegitu banyak kemungkinan yang ia akan raih pada akhirnya, dan sebegitu banyak pula para teman munafik yang mendekatinya. Tak perlulah saya sebut nama, kerisauan Ncis sudah sering disampaikan pada saya soal teman-temannya yang beberapa mulai meninggalkannya akibat sudah merasa mendapat untung setelah berkawan dengannya.
Ncis dan ketakutannya, tak banyak yang tahu bahwa Ncis
adalah seorang penakut, terutama pada hantu. Ntahlah, padahal pola pikir yang
materialis itu mungkin membuatnya tak pernah percaya tahayul, tapi anehnya ia
selalu takut dengan hal-hal seperti itu.
Jika kalian mengenal Ncis sebagai seorang pemberani yang ulung, maka bisa disimpulkan bahwa banyak sekali orang-orang Loyal di balik Ncis yang selalu membelanya, Ncis sebenarnya bukalah seorang yang terlalu berani, ia hanya memberanikan diri. Banyak opsi-opsi dilema yang dipilihnya, ia sering mempersulit diri untuk mendapatkan jawaban yang maksimal. Dan justru di sinilah letak gregetnya*
Jika kalian mengenal Ncis sebagai seorang pemberani yang ulung, maka bisa disimpulkan bahwa banyak sekali orang-orang Loyal di balik Ncis yang selalu membelanya, Ncis sebenarnya bukalah seorang yang terlalu berani, ia hanya memberanikan diri. Banyak opsi-opsi dilema yang dipilihnya, ia sering mempersulit diri untuk mendapatkan jawaban yang maksimal. Dan justru di sinilah letak gregetnya*
Ncis
takut dengan kesendirian dan kesepian. Maksudku, ia senang sekali mengajak
temannya untuk menginap di rumahnya, untuk diajaknya berdiskusi sampai pagi. Ia
memang lebih suka ditemani dalam banyak hal daripada menyendiri.
Pola gerak Ncis adalah, sepulang kampus ia lalu membaca buku dan menulis hingga subuh, lalu ia tidur, setelah bangun ia akan mendatangi kampus dengan ilmu baru bacaan referensinya. Ia memang pemikir keras. Memikirkan sesuatu yang pada akhirnya berhasil memberikan dampak besar bagi lingkungan sekitarnya.
Belum
lama ini, Ncis membicarakan tentang keinginannya untuk menjadi dosen saja.
Mungkin ia banyak terpengaruh oleh Soe Hoe Gie untuk profesi ini. atau mungkin
ia menyimpan rencana-rencana lain yang kelak akan dibagikannya pada
mahasiswa-mahasiswanya, mungkin ia menyiapkan strategi untuk masa depan
Indonesia.
Ia mungkin berencana untuk menjauhkan dirinya dari proyek-proyek kapitalisme dengan cara merubah pola pikir anak-anak muda Indonesia.
Ia mungkin berencana untuk menjauhkan dirinya dari proyek-proyek kapitalisme dengan cara merubah pola pikir anak-anak muda Indonesia.
“Keistimewaan
terakhir kaum muda adalah idealismenya – Tan Malaka”
Ncis dan Politik, para mahasiswa pemegang jabatan
tinggi di kampus Tidar mungkin mengenal betul pola gerak Ncis dalam berpolitik.
Beberapa mungkin akan menganggap Ncis sebagai Magnum Opus masalah tauladan dalam main politik secara
komprehensif.
Bagaimana tidak? Ia berhasil mematahkan mitos bahwa mahasiswa semster 5 berhasil mendapat tempat jabatan tertinggi sebagai pimpinan seluruh mahasiswa dan berhasil menorehkan banyak sekali sejarah dalam lingkungan Universitas. Pegerakan para mahasiswa radikal di seputaran Ncis juga tak bisa lepas oleh andilnya dalam memberikan pengaruh-pengaruh keras yang memaksa teman-temannya untuk masuk dalam cara pikirnya.
Bagaimana tidak? Ia berhasil mematahkan mitos bahwa mahasiswa semster 5 berhasil mendapat tempat jabatan tertinggi sebagai pimpinan seluruh mahasiswa dan berhasil menorehkan banyak sekali sejarah dalam lingkungan Universitas. Pegerakan para mahasiswa radikal di seputaran Ncis juga tak bisa lepas oleh andilnya dalam memberikan pengaruh-pengaruh keras yang memaksa teman-temannya untuk masuk dalam cara pikirnya.
Beberapa
lama Ncis lelah dengan keadaannya yang terus saja ditekan oleh pihak-pihak
atasan membuatnya memilih untuk segera ber’apolitik sesegera mungkin. Ia
mungkin akan memperjuangan hak para mahasiswa dengan gaya baru setelah
bergantinya masa jabatan untuk ketua BEM pusat. Ia mungkin akan memposisikan
diri sebagai seorang penyair hutan pagi Bolivia, para sastrawan revolusi.
Menyusun rencana membangun paradigma baru sudut pandang para mahasiswa, ia mungkin sedang berencana untuk melakukan propaganda dengan caranya sendiri. Pilihan Ncis yang akhirnya jenuh dengan kehidupan berpolitik mungkin alasan yang tepat, ia mungkin akan meletakkan kawan-kawan pilihannya sebagai pion di depan barisan.
Menyusun rencana membangun paradigma baru sudut pandang para mahasiswa, ia mungkin sedang berencana untuk melakukan propaganda dengan caranya sendiri. Pilihan Ncis yang akhirnya jenuh dengan kehidupan berpolitik mungkin alasan yang tepat, ia mungkin akan meletakkan kawan-kawan pilihannya sebagai pion di depan barisan.
Anarkisme, beberapa minggu yang lalu Ncis
mengabarkan bahwa ia mengikuti seminar Anarkisme yang di adakan di Jogja untuk
beberapa sesi. Pembicaraannya yaa tentang Anarkisme, mungkin setelah ini, Ncis
akan menambahkan liststok buku-buku Anarko karya-karya Bakunin, atau mungkin
pemikiran Ncis akan berevolusi secara bertahap menjadi Anarko.
Pemikiran
Anarkis mungkin adalah yang paling relevan untuk ia jadikan pegangan Ncis
dikemudian hari, melihat persoalan, bahwa tiap individu harus lebih
memperdekakan dirinya. Bahwa tiap individu punya gayanya masing-masing dalam
pola geraknya.
Saya
mungkin terlalu banyak mengabarkan kabar syahdu ini pada kalian yang hendak
tahu titik lemah sahabat merahku ini, lalu kalian bisa sedikit lebih
menyimpulan lebih dalam tentang Ncisku sayang,
Eitss, tapi revolusi akan terus terjadi, kelemahan Ncis adalah kekuatan kami, perlawanan akan lebih halus lagi, perlawanan akan di mulai lagi setelah hari ini.
Eitss, tapi revolusi akan terus terjadi, kelemahan Ncis adalah kekuatan kami, perlawanan akan lebih halus lagi, perlawanan akan di mulai lagi setelah hari ini.
Wah, lha kok kopi
saya sudah habis ini?, sudah jam 2 pagi pulak, waktunya untuk menyendiri, “sudah ya Cis, aku lelah dengan semua ini.
wkwkwk”
0 Response to "Krisnaldo, Jazz Untuk Nada dan Pemuda yang Membingungkan"
Posting Komentar